Demi memberikan kontribusi terhadap negeri dan mengaplikasikan program Energi Baru Terbarukan (EBT), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) terus melakukan inovasi teknologi pembangkit listrik untuk kebutuhan listrik di lingkungan pondok dan masyarakat sekitar.
Inovasi yang dikembangkan yakni melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang berada di kawasan tanaman Teh Jamus, Ngawi, Jawa Timur dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur.
Pembangunan PLTMH dan PLTS seratus persen didanai oleh LDII dengan cara swadaya dan bantuan dari para donatur pengusaha LDII. Dana untuk membangun PLTMH dan PLTS kurang lebih total sebesar 20 miliaran rupiah.
Pimpinan Kebun teh Jamus Purwanto mengatakan, bahwa pembangunan PLTMH merupakan anugerah Allah yang diamanatkan kepada LDII untuk mengembangkan dan mengelola alam untuk kebutuhan masyarakat. “Jadi manfaat pembangunan PLTMH ini sungguh sangat luar biasa besarnya, selain untuk kebutuhan pabrik, rumah karyawan juga masyarakat sekitar,” ujarnya kepada pers di lokasi, Minggu (17/3).
Kurang lebih ada tiga KK rumah masyarakat di sekitar perkebunan Teh dapat menikmati aliran air dan listrik yang dikembangkan oleh perkebunan teh milik LDII tersebut. Kebun Teh Jamus Jatim mempunyai luas wilayah sebesar 478.2 hektar. Luas tanah yang ditanami teh seluas 460 hektar, sedangkan sisanya, yaitu 60,2 hektar, ditumbuhi oleh tanaman pohon bermanfaat.
Pabrik teh peninggalan Belanda tahun 1928 seluas 478 hektar, semula digarap menggunakan bahan bakar minyak ( BBM) dan kayu bakar. Kini semuanya menggunakan listrik secara mandiri PLTMH. PLTMH yang berdiri tahun 2007 untuk satu unitnya mampu menghasilkan 100 kwh dengan investasi awal sebesar Rp 1,7miliar. Kemudian setelah itu dibangun satu unit lagi dengan biaya Rp 900 juta dengan menghasilkan 100 kwh dan setahun kemudian disusul pembangunan lagi yang melewati tanah masyarakat dengan menghasilkan 50 kwh. PLTS Wali Barokah
Di tempat terpisah, Ir. Horisworo, Ketua aplikator proyek PLTS di Pondok Wali Barokah Kediri mengatakan, bahwa penggunaan pembangkit listrik tenaga surya sangat mungkin dikembangkan di Indonesia hingga pelosok tanah air. Karena Indonesia sangat kaya dengan sumber energi tersebut. Selama ini pengembangan listrik lebih banyak menggunakan energi fosil alias BBM.
“Jadi, kita itu nggak bingung dengan kekayaan alam yang melimpah ruah ini,” kata Harisworo.
Namun, rencana besar pembangunan PLTS tidak berjalan lantaran terkendala oleh kebijakan pemerintah yang terkesan acuh dan tidak memperhatikan keberlangsungan lingkungan kedepan. “Makanya kami mengawali pembangunan PLTS ini, dan semoga menjadi percontohan di Indonesia,” ungkapnya.
Pengembangan PLTS Wali Barokah Kediri menggunakan sistem dan alat serba modern, panel surya seluas 41 meter x 40 meter diatas masjid, mampu menghasilkan 1 juta watt.
“Mudah-mudahan pengembangan PLTS ini sukses dan memberikan manfaat besar kepada pondok dan lingkungan di sekitarnya,” tutur Harisworo.
Diakuinya untuk mengembangkan PLTS tersebut, membutuhkan investasi awal cukup besar. Untuk pembelian panel surya yang kelas premium dari Kanada dengan luas 40 x 41 meter seharga Rp 3 miliar. Namun investasi itu akan tertutup kurang dari setahun, sebab mampu menghemat pengeluaran rutin perbulan hingga 60 persen.
Sedangkan untuk rencana kedepan pihaknya akan membangun pembangkit listrik tenaga bio masa yang berasal dari sampah-sampah dari pondok. Sehingga tidak ada lagi sampah yang terbuang sia-sia dan semua dimanfaatkan menjadi energi. “Jadi sampah yang ada di sulap menjadi gas dan arang,” pungkasnya.
Komentar Terbaru